Selasa, 11 Agustus 2009

Sebatang Lisong, Kritik WS Rendra Terhadap Ketimpangan Sosial



Menghisap sebatang lisong

Melihat Indonesia Raya
Mendengar 130 juta rakyat
Dan di langit
Dua tiga cukong mengangkang
Berak di atas kepala mereka

Matahari terbit
Fajar tiba
Dan aku melihat delapan juta kanak – kanak tanpa pendidikan

Aku bertanya
Tetapi pertanyaan – pertanyaanku
Membentur meja kekuasaan yang macet
Dan papan tulis – papan tulis para pendidik
Yang terlepas dari persoalan kehidupan

Delapan juta kanak – kanak
Menghadapi satu jalan panjang
Tanpa pilihan
Tanpa pepohonan
Tanpa dangau persinggahan
Tanpa ada bayangan ujungnya

Menghisap udara
Yang disemprot deodorant
Aku melihat sarjana – sarjana menganggur
Berpeluh di jalan raya
Aku melihat wanita bunting
Antri uang pensiunan

Dan di langit
Para teknokrat berkata :

Bahwa bangsa kita adalah malas
Bahwa bangsa mesti dibangun
Mesti di up-grade
Disesuaikan dengan teknologi yang diimpor

Gunung – gunung menjulang
Langit pesta warna di dalam senjakala
Dan aku melihat
Protes – protes yang terpendam
Terhimpit di bawah tilam

Aku bertanya
Tetapi pertanyaanku
Membentur jidat penyair – penyair salon
Yang bersajak tentang anggur dan rembulan
Sementara ketidak adilan terjadi disampingnya
Dan delapan juta kanak – kanak tanpa pendidikan
Termangu – mangu di kaki dewi kesenian

Bunga – bunga bangsa tahun depan
Berkunang – kunang pandang matanya
Di bawah iklan berlampu neon
Berjuta – juta harapan ibu dan bapak
Menjadi gemalau suara yang kacau
Menjadi karang di bawah muka samodra

Kita mesti berhenti membeli rumus – rumus asing
Diktat – diktat hanya boleh memberi metode
Tetapi kita sendiri mesti merumuskan keadaan
Kita mesti keluar ke jalan raya
Keluar ke desa – desa
Mencatat sendiri semua gejala
Dan menghayati persoalan yang nyata

Inilah sajakku
Pamplet masa darurat
Apakah artinya kesenian
Bila terpisah dari derita lingkungan
Apakah artinya berpikir
Bila terpisah dari masalah kehidupan


Selamat Jalan Sastrawan Pejuang
poem is from
here

Rabu, 05 Agustus 2009

Aku Padamu

Aku memang tak pantas membilang “seorang nasionalis”. Aku tentu tak layak mengaku-aku “patriot bangsa”.Aku pastinya tak lancang-lancang berteriak “harapan bangsa”. Aku hanya bisa meneriaki diri

“luar biasa diri kamu, menghancurkan-mencoreng moreng negeri ini dengan lagak dan bacotmu, sementara lahir disini, hidup disini, dibesarkan disini, mencintai-dicintai disini, bahkan beranak pinak dan menutup mata pun disini, ... memalukan !”

Sejujurnya hati kecilku tulus berujar Aku Padamu Indonesia. Dirgahayu Republik Indonesia


picture is from here

.:.


Masukkan Code ini K1-FDACY2-E
untuk berbelanja di KutuKutuBuku.com